• This is default featured slide 1 title

    Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by NewBloggerThemes.com.

  • This is default featured slide 2 title

    Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by NewBloggerThemes.com.

  • This is default featured slide 3 title

    Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by NewBloggerThemes.com.

  • This is default featured slide 4 title

    Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by NewBloggerThemes.com.

  • This is default featured slide 5 title

    Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by NewBloggerThemes.com.

Teknik Bekerja Secara Aseptik: Sterilisasi







TEKNIK BEKERJA SECARA ASEPTIK: STERILISASI
(Laporan Praktikum Mikrobiologi Pertanian)








Oleh
Andi Setiadi 
1414121025










JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2015









I. PENDAHULUAN



1.1 Latar Belakang
Saat bekerja di dalam laboratorium tentunya terdapat hal-hal yang harus dilakukan atau diperhatikan, salah satunya adalah keseterilan alat-alat ataupun bahan-bahan yang digunakan. Hal ini menjadi sesuatu yang cukup penting karena pada alat-alat yang tidak seteril dapat menyebabkan penelitian yang akan dilakukan menjadi kontaminan seehingga dapat merusak hasil dari suatu analisis penelitian.

Sterilisasi adalah suatu proses atau eliminasi semua mikroorganisme, termasuk spora bakteri yang sangat resisten. Dengan adanya proses sterilisasi ini maka alat-alat yang akan dipakai di laboratorium akan kembali steril, sehingga kita dapat bekerja kembali secara aseptik atau bebas dari mikroorganisme penyebab peenyakit.

Oleh karena itu, proses sterilisasi adalah suatu proses yang penting untuk diketahui dan dilakukan yang akan dibahas pada praktikum kali ini.



1.2 Tujuan Praktikum
1. Memahami dan mengetahui alat-alat sterilisasi beserta fungsinya
2. Memahami perbedaan antara sterilisasi  basah dan sterilisasi kering.














II. METODOLOGI



2.1 Alat dan Bahan
Alat-alat laboratorium yang akan digunakankan terdiri dari : Oven, autoklaf, erlenmeyer, tabung reaksi 2 buah, cawan petri 2 buah, karet gelang, kertas, plastik anti panas, alumunium foil dan kapas.



2.2 Cara Kerja
Dalam praktikum kali ini ada beberapa cara kerja yang harus dilakukan yaitu  : alat untuk serilisasi basah disiapkan yaitu autoklaf, 2 tabung reaksi dan erlenmeyer ditutup dengan menggunakan kapas dan ditutup lagi dengan menggunakan alumunium foil. Untuk sterilisasi kering, 2 cawan petri, 1 buah tebung reaksi dan erlenmeyer di bungkus dengan menggunakan kertas HVS. Khusus untuk erlenmeyer lapisi lagi menggunakan plastik anti panas lalu diikat dengan karet gelang. Alat-alat tersebut kemudian disusun kedalam oven secara rapi, kemudian oven dinyalakan dengan suhu 160-180°C selama 1-2 jam. Untuk sterilisasi basah cukup dimasukkan 1 tabung reaksi yang dibungkus plastik anti panas kedalam autoklaf, kemudian dinyalakan dan ditunggu sampai mencapai suhu 121°C, barulah dimulai perhitungan waktunya selama 10-20 menit.

















III. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN



3.1 Hasil Pengamatan
NO FOTO KETERANGAN
1.
Lubang pada dua tabung reaksi ditutup dengan kapas
2.
Ditutup lagi dengan alumunium foil
3.
Tabung Erlenmeyer
 4.
Lubang pada erlenmeyer ditutup dengan kapas dan alumunium foil
 5.
Erlenmeyer dilapisi lagi dengan kertas HVS dan dibungkus dengan plastik anti panas.
 6.
Tabung reaksi yang akan disterilisasi kering dilapisi dengan kertas HVS
 7.
Tabung reaksi yang sudah dibungkus dengan kertas HVS dimasukkan kedalam plastik bersama tabung reaksi yang lain
 8.
Cawan petri dibungkus dengan kertas HVS
 9.
Cawan petri yang sudah dibungkus kertas dimasukkan kedalam plastik bersama cawan petri yang lain
 10.
Tabung reaksi yang akan disterilisai basah langsing dibungkus ke dalam plastik setelah ditutup lubangnya
 11.
Semua alat yan akan disterilisasi kering dimasukkan kedalam oven dan diatur suhu setra waktunya
 12.
Semua alat yan akan disterilisasi basah dimasukkan kedalam autoklaf dan perhatikan suhu serta tekanannya


3.2 Pembahasan

Sterilisasi adalah suatu proses untuk membunuh semua jasad renik yang ada, sehingga jika ditumbuhkan di dalam suatu medium tidak ada lagi jasad renik yang dapat berkembang biak. Sterilisasi harus dapat membunuh jasad renik yang paling tahan panas yaitu spora bakteri (Fardiaz, 1992). Sterilisasi merupakan salah satu foktor penting yang harus dikusai saat bekerja di dalam laboratorium. Hal ini dikarenakan, dalam penelitian kemurnian dari bahan maupun media yang diganakan akan menentukan nilai akurasi dan dan hasil yang diperoleh. 
Sterilisasi dapat dilakukan dengan beberapa tehnik yang berbeda, yaitu sterilisasi secara kimia, sterilisasi mekanik, dan sterilisasi fisik. Sterilisai kimia adalah proses untuk membunuh mikroorganisme yang ada dengan menggunakan bahan-bahan kimia diantaranya ditergen, alkohol, dan karbon. Sterilisasi mekanik adalah proses untuk membunuh mikroorganisme yang ada dengan metode penyaringan. Dengan cara penyaringan larutan atau suspensi dibebaskan dari semua organisme hidup dengan cara melakukannya lewat saringan dengan ukuran pori yang sedemikian kecilnya sehingga bakteri dan sel-sel yang lebih besar tertahan diatasnya, sedangkan filtratnya ditampung didalam wadah yang steril (Hadioetomo,1985). Sterilissasi fisik adalah proses untuk membunuh mikroorganisme yang ada dengan menggunakan udara panas. Sterilisasi fisik dapat digolongkan kembali menjadi dua jenis yaitu sterilisasi basah dan sterilisasi kering.
Sterilisasi basah adalah sterilisasi panas yang digunakan bersama-sama dengan uap air. Sterilisasi basah biasanya dilakukan didalam autoklaf atau aterilisator uap yang mudah diangkat dengan menggunakan uap air jenuh bertekanan pada suhu 1210C selama 15 menit (Hadioetomo, 1985). Sterilisasi basah dapat membunuh jasad renik atau mikroorganisme terutama karena panas basah dapat menyebabkan denaturasi protein, termasuk enzim-enzim didalam sel (Fardiaz, 1992). Sterilisasi kering sering dilakukan dalam sterilisasi alat-alat gelas di laboratorium, dimana menggunakan oven dengan suhu 160-180°C selama 1,5-2 jam dengan sistem udara statis (Fardiaz, 1992). Dibandingkan sterilisasi basah, sterilisasi kering kurang efisien dan membutuhkan suhu yang lebih tinggi serta waktu lama untuk sterilisasi. Hal ini disebabkan karena tanpa kelembaban maka tidak ada panas laten (Hadioetomo, 1985). Sterilisasi kering dapat menyebabkan dehidrasi sel dan oksidasi komponen-komponen di dalam sel (Fardiaz, 1992). Keuntungan dari sterilisasi kering adalah tidak adanya uap air yang membasahi bahan atau alat yang disterilkan, selain itu peralatan yang digunakan untuk sterilisasi uap kering lebih murah dibandingkan uap basah (Lay dan Hastowo, 1992). Dalam praktikum ini dilakukan dua macam sterilisasi saja yaitu sterilisasi basah dan sterilisai kering.

Autoklaf adalah alat pemanas tertutup yang digunakan untuk mensterilisasi suatu benda menggunakan uap bersuhu dan bertekanan tinggi (1210C, 15 lbs) selama kurang lebih 15 menit. Penurunan tekanan pada autoklaf tidak dimaksudkan untuk membunuh mikroorganisme, melainkan meningkatkan suhu dalam autoklaf. Suhu yang tinggi inilah yang akan membunuh mikroorganisme. Autoklaf terutama ditujukan untuk membunuh endospora, yaitu sel resisten yang diproduksi oleh bakteri, sel ini tahan terhadap pemanasan, kekeringan, dan antibiotik. Pada spesies yang sama, endospora dapat bertahan pada kondisi lingkungan yang dapat membunuh sel vegetatif bakteri tersebut. Endospora dapat dibunuh pada suhu 100 °C, yang merupakan titik didih air pada tekanan atmosfer normal. Pada suhu 121 °C, endospora dapat dibunuh dalam waktu 4-5 menit, dimana sel vegetatif bakteri dapat dibunuh hanya dalam waktu 6-30 detik pada suhu 65 °C. Perhitungan waktu sterilisasi autoklaf dimulai ketika suhu di dalam autoklaf mencapai 121 °C. Jika objek yang disterilisasi cukup tebal atau banyak, transfer panas pada bagian dalam autoklaf akan melambat, sehingga terjadi perpanjangan waktu pemanasan total untuk memastikan bahwa semua objek bersuhu 121 °C untuk waktu 10-15 menit. Perpanjangan waktu juga dibutuhkan ketika cairan dalam volume besar akan diautoklaf karena volume yang besar membutuhkan waktu yang lebih lama untuk mencapai suhu sterilisasi.

Oven adalah suatu peralatan yang berfungsi untuk memenaskan ataupun mengeringkan. Biasanya digunakan untuk mengeringkan peralatan gelas laboratorium, zat-zat kimia maupun pelarut organik. Dapat  pula digunakan untuk mengukur kadar air. Suhu oven lebih rendah dibandingkan dengan suhu tanur yaitu berkisar antara 105°C. tidak semua alat gelas dapat dikeringkan didalam oven, hanya alat gelas dengan spesifikasi tertentu saja yang dapat dikeringkan, yaitu alat gelas dengan ketelitian rendah. Sedangkan untuk alat gelas dengan ketelitian tinggi  tidak dapat dimasukkan ke dalam oven, maka alat gelas tersebut akan memuai dan berakibat ketelitiannya tidak lagi.

Langkah kerja yang dilakukan pertama yaitu menutup alat-alat yang memiliki libang dengan menggunakan kapas dan alumunium foil. Penutupan ini bertujuan agar saat proses sterilisasi nanti tidak ada uap air yang masuk kedalam alat terutama dalam proses sterilisasi basah. Setelah penutupan selesai, dilanjutkan dengan melapisi alat yang akan disterilkan dengan menggunakan kertas/koran. Prosedur ini hanya dilakukan pada alat-alat yang akan disterilisai kering. Hal ini dilakukan agar saat dimasukkan ke dalam oven alat-alat tidak pecah karena disebabkan oleh penyebaran panas yang tidak merata. Setelah itu, erlenmeyer yang sudah dilapisi kertas kemudian dilapisi lagi dengan menggunakan plastik anti panas. Pelapisan dengan plastik harus dilakukan dengan rapi agar tidak terdapat udara yang terjebak di dalam bungkusan tersebut karena dikhawatirkan jika masih ada udara di dalam bungkusan maka dapat meletus saat disterilisasi nanti. Kemudian alat-alat juga di masukkan kedalam plastik anti panas dengan perlakuan yang sama. Hanya saja pada proses sterilisasi basah alat-alat yang disterilisasi tidak dibungkus dengan kertas melainkan langsung dibungkus dengan plastik saja. Prosedur terakhir adalah dengan memasukkan alat-alat yang akan disterilisasi kedalam alat sterilisasi yaitu autoklaf dan oven.
 






























IV. KESIMPULAN



Kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum ini adalah sebagai berikut:
  1. Sterilisasi basah membutuhkan waktu yang lebih cepat daripada sterilisai kering.
  2. Perbedaan dari perlakuan alat pada sterilisasi basah dengan sterilisasi kering adalah tahap pembungkusan alat dengan kertas/koran yang hanya dilakukan pada sterilisasi kering.
  3. Pelapisan kertas/koran menyebabkan pemanasan alat pada sterilisasi kering menjadi merata. Sehingga mencegah pecahnya alat dikarenakan penyebaran panas yang tidak merata.
  4. Penutupan dengan menggunakan kapas dan alumunium foil dapat mencegah masuknya uap air ke dalam alat. 






















DAFTAR PUSTAKA



Anonim. 2013. Sterilisai Alat. http://kickfahmi.blogspot.com/2013/10/sterilisasi-alat.html. Diakses pada hari kamis tanggal 26 Maret 2015.
Anonim. 2015. Autoklaf. http://id.wikipedia.org/wiki/Autoklaf. Diakses pada hari kamis tanggal 26 Maret 2015.
Lay, B. W. dan Hastowo. 1982. Mikrobiologi. Rajawali Press. Jakarta.
Waluyo, L. 2005. Mikrobiologi Umum. UMM Press. Malang.

Share:

Pengenalan Alat-Alat Laboratorium (Mikribiologi)







PENGENALAN ALAT-ALAT LABORATORIUM
(Laporan Praktikum Mikrobiologi Pertanian)








Oleh
Andi Setiadi 
1414121025










JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2015










I. PENDAHULUAN



1.1 Latar Belakang
Sebelum memulai bekerja di laboratorium, setiap mahasiswa diharapkan sudah mengetahui atau mengenal berbagai jenis peralatan standar yang secara umum diperlukan, digunakan dan disimpan dalam laboratorium. Peralatan yang ada di suatu laboratorium, khususnya di Laboratorium Ilmu Penyakit Tumbuhan, dapat dikelompokkan menjadi dua besar yaitu kelompok peralatan yang sederhana dan peralatan besar yang lebih rumit. Peralatan sederhana dapat dioperasikan dan digunakan dengan mudah oleh setiap mahasiswa tanpa perlu keterampilan khusus, misalnya berbagai peralatan gelas dan keramik standar, timbangan, dan bunsen. Peralatan yang lebih besar dan rumit memerlukan penanganan yang lebih khusus atau memerlukan teknisi untuk mengoprasikannya.

Dalam kegiatan praktikum pertama ini, mahasiswa akan mendapat kesempatkan kesempatan untuk mengenali berbagai jenis alat laboratorium beserta masing-masing fungsinya dan pemahaman prinsip kerjanya.



1.2 Tujuan Praktikum

  1. Mengenal berbagai jenis peralatan standar dalam laboratorium
  2. Mengetahui nama dan fungsi dari alat-alat yang ada di laboratorium
  3. Mengetahui prinsip kerja dari setiap alat yang ada di laboratorium















II. METODOLOGI



2.1 Alat dan Bahan
Alat-alat laboratorium yang akan diperkenalkan terdiri dari : alat-alat gelas dan peralatan sederhana seperti cawan petri, pipet ukur, pipet tetes, tabung reaksi, labu erlenmeyer, mortar & pastle, gelas beker/beaker glass, tabung durham, gelas ukur, bunsen burner, jarum ose, jarum ent, PH meter universal, pinset, rubber bulp,cover glass & preparat,drygalski dan mikropipet. Sedangkan peralatan lain yang lebih besar dan cukup rumit seperti mikroskop majemuk, mikroskop stereo, oven, autoklaf, incubator, hotplate, magnetic stirrer, orbital shaker, colony counter, Laminar Air Flow(LAF), spectrophometer dan water stiller.



2.2 Cara Kerja
Dalam praktikum kali ini ada beberapa cara kerja yang harus dilakukan yaitu  : alat-alat yang telah disiapkan di dalam laboratorium diamati dengan baik dan di gambar pada kertas HVS. Pada setiap gambar diberikan keterangan berupa rincian nama, bagian-bagian alat dan fungsinya. Kemudian, pada alat yang rumit dan penting, ditulis penjelasan singkat tentang prinsip kerjanya .

















III. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN



3.1 Hasil Pengamatan
No Foto Gambar Nama Alat
1
  Cawan Petri
2
  Pipet Ukur

3
  Pipet Tetes
4
  Tabung Reaksi
5
  Erlenmeyer
6
  Mortar & Pestle
7
  Beaker Glass/ Gelas Beker
8
  Gelas Ukur
9
  Driglasky
10
  Bunsen Burner / Pembakar Bunsen
11
  Jarum Ose
12
  Jarum Ent
13
  pH Meter Universal
14
  Pinset
15
  Ruber Bulp
16
  Cover Glass dan Preparat
17
  Tabung Durham
18
  Mikropipet
19
  Mikroskop Majemuk
20
  Mikroskop Stereo
21
  Oven
22
  Autoklaf
23
  Incubator
24
  Orbital Shaker
25
  Hot Plate
26
  Magnetic Stirrer
27
  Colony Counter
28
  LAF (Laminar Air Flow)
29
  Spectrop Hotometer
30
  Water Distiller


3.2 Pembahasan

Alat-alat yang akan digunakan di dalam Laboratorium Mikobiologi terdiri dari alat-alat yang terbuat dari kaca, alat-alat yang sederhana sampai alat-alat yang lebih rumit dalam penerapannya. Adapun alat-alat yang terbuat dari kaca antaralain:
Cawan petri
adalah sebuah wadah yang bentuknya bundar dan terbuat dari kaca atau plastik yang digunakan untuk membiakkan sel. Cawan Petri selalu berpasangan, yang ukurannya agak kecil sebagai wadah dan yang lebih besar merupakan tutupnya.. Alat ini digunakan sebagai wadah untuk penyelidikan tropi dan juga untuk mengkultur bakteri,Spora,khamir,biji-bijian.
Pipet ukur (measuring pipette)
Pipet Ukur berfungsi untuk memindahkan larutan atau cairan ke dalam suatu wadah dengan berbagai ukuran volume. Untuk ukuran volume pada Pipet ukur yang paling besar adalah pipet ukur dengan volume 50ml.
Pipet tetes (drop pipette)
Pipet tetes adalah jenis pipet yang berupa pipa kecil terbuat dari plastik atau kaca dengan ujung bawahnya meruncing serta ujung atasnya ditutup karet. Berguna untuk mengambil cairan dalam skala tetesan kecil.
Terkadang saat melakukan percobaan reaksi kimia di laboratorium, bahan yang kita perlukan jumlahnya tidaklah terlalu besar sehingga tidak bisa diukur dengan alat ukur yang berskala. Untuk keperluan itu dipeargunakan pipet tetes. Pipet tetes ini hanya digunakan untuk bahan yang bersifat cair. Jika ada bahan padatan yang harus diukur menggunakan pipet tetes, maka padatan tersebut harus terlebih dahulu di larutkan.
Pipet tetes berfungsi untuk memindahkan cairan dari wadah satu ke wadah yang lain dalam jumlah yang sangat sedikit yaitu setetes demi tetes. Pemindahan cairan dengan menggunakan pipet tetes memang memakan waktu yang lama, tapi demi keakuratan percobaan, biasanya hal itu tersebut memang terpaksa dilakukan. Pipet tetes terdiri dari berbagai ukuran. Semakin besar ukuran pipet tetes, maka semakin besar pila jumlah cairan yang diteteskan.
Tabung reaksi

Deskripsi Tabung reaksi adalah tabung yang terbuat dari sejenis kaca yang dapat menahan perubahan temperatur dan tahan terhadap reaksi kimia. Tabung reaksi disebut juga Test Tube atau Culture tube. Culture tube adalah tabung reaksi tanpa bibir yang biasanya digunakan dalam pembiakan mikroorganisme pada medium cair. Tabung reaksi ada yang dilengkapi dengan tutup ada juga yang tanpa tutup. Tabung reaksi terdiri dari berbagai ukuran tergantung kebutuhan. Tersedia berbagai ukuran tabung reaksi. Besarnya ukuran tabung reaksi ditentukan berdasarkan ukuran diameter. Berbagai macam ukuran tabung reaksi, antara lain: 10x75 mm;12x100 mm;16x150 mm; dan 24x150 mm. Dalam penggunaannya, tabung reaksi biasanya dibantu dengan penjepit kayu untuk memudahkan pemanasan bahan yang direaksikan dan untuk menghindari bahaya yang ditimbulkan dari suatu reaksi kimia. Fungsi Fungsi tabung reaksi adalah sebagai berikut. Tabung reaksi digunakan sebagai tempat mereaksikan dua atau lebih zat dalam skala kecil. Tabung reaksi berfungsi sebagai tempat pengembang-biakanan mikroba, misalnya pada pengujian penentuan jumlah bakteri.

Erlenmeyer
Sebuah labu Erlenmeyer, juga dikenal sebagai labu berbentuk kerucut, adalah jenis labu laboratorium yang banyak digunakan. Memiliki tubuh berbentuk kerucut, leher silinder dan dilengkapi dengan dasar yang datar.  Alat ini dinamai menurut nama kimiawan asal Jerman Emil Erlenmeyer, yang menciptakannya pada tahun 1860.
Labu Erlenmeyer adalah wadah berbentuk kerucut dengan leher, sehingga anda dapat memegang labunya atau mencantelkan sebuah penjepit atau menggunakan stopper. Labu Erlenmeyer digunakan untuk mengukur, mencampur dan menyimpan cairan. Bentuknya membuat botol ini sangat stabil. Alat laboratorium ini adalah salah satu alat yang paling umum digunakan dalam laboratorium kimia. Kebanyakan Labu Erlenmeyer terbuat dari kaca borosilikat sehingga Erlenmeyer dapat dipanaskan dengan api atau autoclaved. Ukuran yang paling umum dari Labu Erlenmeyer adalah 250 ml dan 500 ml. Labu Erlenmeyer juga terdapat dalam ukuran 50 125, 250, 500, 1000 ml. Labu Erlenmeyer dapat disegel dengan gabus atau stopper atau tempat plastik atau film parafin atau watch glass di atas mereka.
Mortar dan Pestle
Mortar dan Pestle adalah alat yang digunakan untuk menghancurkan suatu bahan atau sample seperti daun, akar, seedling, biji, dan lain-lain, untuk tujuan isolasi DNA, RNA, atau protein.
Mortar adalah bagian wadahnya, sedangkan pestle adalah bagian batang yang dipegang. Lama penggerusan sangat tergantung jenis bahan, kekuatan penggerus, dan keahlian menggunakan alat tersebut.

Gelas Beker
Beker dapat terbuat dari kaca (umumnya kaca borosilikat ataupun dari plastik. Beker yang digunakan untuk menampung zat kimia yang korosif seperti asam atau zat-zat lainnya yang sangat reaktif biasanya terbuat dari PTFE ataupun bahan-bahan yang reaktivitasnya rendah.
Beker atau kadangkala disebut sebagai gelas beker adalah sebuah wadah penampung yang digunakan untuk mengaduk, mencampur, dan memanaskan cairan yang biasanya digunakan dalam laboratorium. Beker secara umum berbentuk silinder dengan dasar yang bidang dan tersedia dalam berbagai ukuran, mulai dari 1 mL sampai beberapa liter.
Beker dapat ditutup dengan kaca pengamat untuk mencegah kontaminasi dan penyusutan zat. Beker seringkali dibubuhi dengan ukuran yang terdapat pada sisi beker yang mengindikasikan volume tertampung. Sebagai contoh, beker dengan volume 250 mL ditandai dengan garis-garis yang mengindikasikan volume zat tertampung sebesar 50, 100, 150, 200, dan 250 mL. Keakuratan ukuran ini sangat bervariasi.
Gelas drigalsky
Menyebarkan suatu biakan atau cairan dipermukaan medianya. Bentuknya segitiga kecil dan biasanya digunakan untuk meratakan suatu media dalam praktikum. Drigalsky terbuat dari kaca dengan bentuk pipa lurus namun pada salah satu bagian ujungnya berbentuk segitiga.
Pembakar  Bunsen
Pembakar Bunsen (Bunsen Burner) Salah satu alat yang berfungsi untuk menciptakan kondisi yang steril adalah pembakar bunsen. Untuk sterilisasi jarum ose atau yang lain, bagian api yang paling cocok untuk memijarkannya adalah bagian api yang berwarna biru (paling panas). Perubahan bunsen dapat menggunakan bahan bakar gas atau metanol.
Cover glass dan Preparat
Preparat adalah kaca tipis beebentuk persegi panjang yang digunakan untuk meletakkkan objek preparat yang sudah bipotong tipis, untuk diamati dengan menggunakan mikroskop cahaya. Cover glass adalah kaca persegi yang berfungsi menutup objek preparat yang ada di kaca preparat.
Tabung Durham
Tabung Durham merupakan alat yang digunakan di dunia mikrobiologi untuk mendeteksi produksi gas yang dihasilkan dari mikroorganisme. Alat ini berukuran sangat kecil, ditempatkan pada tabung reaksi yang telah berisi cairan pertumbuhan mikroorganisme dan zat indikator yang dapat menandai terjadinya perubahan warna karena adanya perubahan derajat keasaman dan gas yang dihasilkan. Produksi gas dicirikan dengan terdapatnya gas di ujung tabung durham setelah mikroorganisme diinokulasi dan diinkubasi. Penggunaan tabung durham ini biasa dilakukan pada pengujian biokimia dalam identifikasi bakteri. Metode ini pertama kali ditemukan oleh seorang ahli mikrobiologi pada tahun 1898 yang bernama Herbert Durham.
Selain dari alat-alat di atas, terdapat pula jenis alat yang sederhana. Sederhana yang dimaksud adalah adalah alat yang dalam penggunaanya tidak diperlukan tehnik-tehnik khusus, sehingga semua praktikan dapat menggunakannya sendiri. Beberapa alat tersebut yaitu:
Jarum Ent
Jarum Ent berfungsi untuk memindahkan biakanuntuk ditanam/ditumbuhkan ke media baru. Jarum Ent biasanya terbuat dari kawat nichrome atau platinum sehingga dapat berpijar jika terkena panas.
Jarum Ose
Jarum Ose berfungsi untuk menginokulasi kultur mikrobia khususnya mikrobia aerob dengan metode streak juga untuk mengambil dan menggores MO yang terdiri dari ose lurus untuk menanam MO dan ose bulat untuk menggores MO yang biasanya berbentuk zig-zag.
Pinset
Pinset alat yang terbuat dari besi. Pinset (yang ujungnya lancip), digunakan untuk mengambil atau menarik beberapa sampel.fungsi pinset itu untuk menjepit benda kecil atau pun yang sangat lembek(lembut).
Rubber Bulb
Pipet Filler atau Rubber Bulb adalah alat untuk menyedot larutan yang dapat dipasang pada pangkal pipet ukur. Prinsip kerja dari Rubber bulb yaitu karet sebagai bahan filler merupakan karet yang resisten bahan kimia. Filler memiliki 3 saluran yang masing-masing saluran memiliki katup. Katup yang bersimbol A (aspirate) berguna untuk mengeluarkan udara dari gelembung. S (suction) merupakan katup yang jika ditekan maka cairan dari ujung pipet akan tersedot ke atas. Kemudian katup E (exhaust) berfungsi untuk mengeluarkan cairan dari pipet ukur.

Mikropipet
Mikropipet adalah alat untuk memindahkan cairan yang bervolume cukup kecil, biasanya kurang dari 1000 μl. Banyak pilihan kapasitas dalam mikropipet, misalnya mikropipet yang dapat diatur volume pengambilannya (adjustable volume pipette) antara 1μl sampai 20 μl atau mikropipet yang tidak bisa diatur volumenya hanya tersedia satu pilihan volume (fixed volume pipette) misalnya mikropipet 5 μl dalam penggunaannya, mukropipet memerlukan tip.

Sedangkan untuk alat-alat yang cukup besar dan rumit dalam penggunaannya, sehingga diperlukan panduan khusus atau bahkan harus memiliki tehnisi sendiri yaitu:
pH Meter Universal
PH adalah tingkat keasaman atau kebasa-an suatu benda yang diukur dengan menggunakan skala pH antara 0 hingga 14. Sifat asam mempunyai pH antara 0 hingga 7 dan sifat basa mempunyai nilai pH 7 hingga 14. 
PH meter digunakan untuk mengukur tingkat keasaman dan kebasa-an.
Cara kerja alat ini adalah dengan cara mencelupkan kedalam air yang akan diukur (kira-kira kedalaman 5cm) dan secara otomatis alat bekerja mengukur.
Pada saat pertama dicelupkan angka yang ditunjukkan oleh display masih berubah-ubah, tunggulah kira-kira 2 sampai 3 menit sampai angka digital stabil.
Mikroskop Majemuk
Mikroskop majemuk merupakan mikroskop yang dilengkapi dengan dua lensa cembung aau lebih. Tinggi pembesaran yang dihasilkan oleh lensa ini bersama-sama memungkinkan sebuah bayangan rinci tentang mikro-organisme, sel dan jaringan. Zacharians Janssen adalah pembuat lensa dari Belanda, ia menciptakan mikroskop majemuk pada tahun 1590. Kemudian Galileo meluncurkan versi mikroskopnya pada tahun 1610. Setelah itu beberepa ilmuwan lain dan penemu, mulai membantu memperbaiki desain dan kemampuan kerja mikroskop.
Desain dasar mikroskop majemuk terdiri dari lensa cembung yang dipasang di kedua ujung tabung hampa. Tabung ini dipasang pada adjustable, neosepiece rotary.  Lensa atas mikroskop majemuk yang dekat dengan mata pengamat adalah lensa okuler atau lensa mata. Dan yang dekat dengan beda/objek disebut lensa objektif. Perbesaran yang dapat dilakukan oleh mikroskop majemuk adalah 4x, 10x, 40x, 100x, bahkan 1000x.
Mikroskop stereo
Mikroskop stereo (Zoom Stereo Microscope) memiliki fungsi untuk melihat objek yang membutuhkan perbesaran tidak terlalu besar. Di Laboratorium Mikrobiologi, mikroskop stereo biasanya digunakan untuk mengamati secara detail bentuk koloni dan jamur.
Oven
Oven adalah suatu peralatan yang berfungsi untuk memanaskan ataupun mengeringkan. Biasanya digunakan untuk mengeringkan peralatan gelas laboratorium, zat-zat kimia maupun pelarut organik. Dapat pula digunakan untuk mengukur kadar air. Suhu oven lebih rendah dibandingkan dengan suhu tanur yaitu berkisar antara 105ºC.
Autoklaf
Autoklaf adalah alat untuk mensterilkan berbagai macam alat dan bahan yg digunakan dalam mikrobiologi menggunakan uap air panas bertekanan. Prinsip kerja alat ini yaitu dengan memasukkan medium yang ingin disterilkan, selanjutnya penutup otoklaf dipasang dan sekrup dikencangkan. Keran pengatur tempat keluar uap air dibiarkan tetap terbuka hingga semua udara terdesak keluar. Apabila sterilisasi telah selesai autoklaf dibiarkan tekanan turun hingga nol. Kran uap air dibuka secara perlahan. Jangan membuka kran uap untuk mempercepat turunnya tekanan, tunggu sampai tekanan menunjukkan angka nol.
Inkubator
Inkubator adalah alat dengan suhu atau kelembaban tertentu yang digunakan untuk menginkubasi atau memeram mikroba. Di dalam laboratorium mikrobiologi digunakan untuk menumbuhkan bakteri pada suhu tertentu, menumbuhkan ragi dan jamur, menyimpan biakan murni mikroorganisme I pada suhu rendah. Adapun ciri dari inkubator adalah memiliki sekat untuk menumbuh kembangkan mikroba, dalam inkubator terdapat sekat kaca pada pintunya yang berfungsi untuk mempermudah melihat mikroba yang sedang diinkubasi tanpa membuka dan benutup bagian dalam dari inkubator sehingga suhunya tetap terjaga. Prinsip kerjanya yaitu mengubah energi listrik menjadi energi panas. Kawat nikelin akan menghambat aliran elektron yang mengalir sehingga mengakibatkan peningkatan suhu kawat.
Orbital Shaker
Orbital Shaker digunakan sebagai alat untuk homogenisasi campuran larutan, mempercepat proses pendinginan suatu larutan, dan menjaga aerasi tetap merata dan optimal dalam keperluan inkubasi sampel.
Hot Plate
Hot Plate adalah suatu alat yang digunakan dalam proses pemanasan. Dalam laboratorium hot plate dapat digunakan sebagai pengganti dari pembakar bunsen. Alat ini memiliki prinsip kerja yaitu dengan mengubah energi listrik menjadi energi panas. Fungsi lain dari hot plate yaitu untuk membantu proses homogenitas larutan.
Magnetik stirrer
Magnetik stirrer adalah perangkat laboratorium yang menggunakan medan magnet berputar menyebabkan bar aduk (juga disebut "kutu") direndam dalam cairan berputar sangat cepat, sehingga aduk. Bidang berputar dapat dibuat baik oleh magnet berputar atau satu set elektromagnet stasioner, ditempatkan di bawah  cairan. Fungsi dari alat ini adalah untuk mengaduk larutan agar menjadi homogen.
Colony counter
Berfungsi sebagai penghitung jumlah colony bakteri atau jamur, cara menggunakannya setelah kita Onkan. Kita menyimpan cawan petri yang berisi bakteri atau jamur kedalam kamar hitung.
Laminar Air Flow (LAF)
Biological Safety Cabinet (BSC) atau dapat juga disebut Laminar Air Flow (LAF) adalah alat yang berguna untuk bekerja secara aseptis karena BSC mempunyai pola pengaturan dan penyaring aliran udara sehingga menjadi steril dan aplikasisinar UV beberapa jam sebelum digunakan.
Spectrophotometer
Spectrophometer adalah sebuah instrumen yang menggunakan spektrum cahaya sebagai kompenen utama pengukuran. Kemudian jelas pula kalau prinsipnya adalah serapan spektra cahaya tadi yang dilakukan oleh Atom – atom, ini yang spesialnya. Fungsi dari alat ini yaitu untuk menghitung nilai kepekatan dari suatu larutan atau cairan.
Water Distiller
Water Distiller adalah alat yang diginakan untuk menyaring dan menyegarkan air. Sehingga air tersebut dapat digunakan untuk keperluan-keperluan dilaboratorium. Jika air yang akan digunakan tidak melalui proses ini, maka di khawatirkan akan terjadi kontaminan zat-zat yang tidak diinginkan.







IV. KESIMPULAN



Kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Alat-alat laboratorium yang terbuat dari kaca yaitu cawan petri, pipet ukur, pipet tetes, tabung reaksi, erlenmeyer, mortar& pestle, gelas beker, gelas drigalsky, pembakar bunsen, cover glass & preparat dan tabung durham.
2. Alat-alat laboratorium yang cukup sederhana dan mudah untuk digunakan yaitu jarum Ent, jarum Ose, pinset, ruber bulb dan mikropipet.
3. Peralatan yang cukup besar dan rumit penggunaanya di laboratorium yaitu pH meter universal, mikroskop majemuk, mikroskop stereo, oven, autoklaf, incubator, orbital shaker, hot plate, magnetic strirrer, colony counter, LAF, spectrophotometer, water distiller.
4. Sebagian alat-alat yang ada di laboratorium terbuat dari bahan gelas/kaca, hal ini dikarenakan gelas/kaca adalah media yang tidak midah kontaminan dan mudah dibersihkan sehingga tidak mengganggu jalannya proses penelitian.




















DAFTAR PUSTAKA



Hadiutomo. 1990. Mikrobiologi Dasar Jilid I. Jakarta. Erlangga
Ibnu. 1976. Analisa Kimia Kuantitatif. JakartA. Erlangga
Khasani. 1990. Prosedur alat-alat Kimia. Yogyakarta. Liberty
Djide ,M. Natsir. 2006 . Mikrobiologi Farmasi Dasar. Makassar. Universitas Hasanuddin
Neilands. 1990. Analisa Kimia. Jakarta. Erlangga.
Sumanti, Debby M., dkk. 2008. Diktat Penuntun Praktikum Mikrobiologi Pangan. Jatinangor. Universitas Padjajaran



Share:

Curah Hujan







CURAH HUJAN
(Laporan Praktikum Klimatologi Pertanian)








Oleh
Kelompok 3
Andi Setiadi 1414121025
Andri Lukmansyah 1414121029
Bekti Ningsaputri 1414121045














JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2015

A.  Tabel Hasil Pengamatan

Tabel 1. Menghitung Tinggi Hujan (mm)
No Tanggal Volume Hujan Tertampung (cc) Tinggi Hujan (cm) Tinggi Hujan (mm)
1. 1                                   125 1.25 12.5
2. 2                                   175 1.75 17.5
3. 3 85 0.85 8.5
4. 4 70 0.70 7.0
5. 5 211 2.10 21.0


Tabel 2. Menghitung Intensitas Hujan
Waktu Curah Hujan CH Penambahan CH Total

(menit) (mm) kumulatif 30 menit 1 Jam 2 Jam
0 0.00 0.00
5 0.51 0.51
10 8.64 9.14
15 2.54 11.68
20 1.02 12.70
25 4.83 17.53
30 12.19 29.72 29.72
35 12.70 42.42 41.91
40 12.70 55.12 45.97
45 12.95 68.07 56.39
50 4.06 72.14 59.44
55 7.87 80.01 62.48
60 16.76 96.77 67.06 96.77
65 9.14 105.92 63.50 105.41
70 9.91 115.82 60.71 106.68
75 9.14 124.97 56.90 113.28
80 18.80 143.76 71.63 131.06
85 19.30 163.07 83.06 145.54
90 12.95 176.02 79.25 146.30
95 11.18 187.20 81.28 144.78
100 6.35 193.55 77.72 138.43
105 6.35 199.90 74.93 131.83
110 5.59 205.49 61.72 133.35
115 3.81 209.30 46.23 129.29
120 2.29 211.58 35.56 114.81 218.69
125 2.29 213.87 26.67 107.95 218.19
130 3.05 216.92 23.37 101.09 228.85
135 0.76 217.68 17.78 92.71 457.96
140 0.25 217.93 12.45 74.17 456.95
145 0.51 218.44 9.14 55.37 452.12
150 0.25 218.69 7.11 42.67 439.93
 
Max 19.30 218.69 83.06 146.30 457.96
Max/Jam 231.648 2624.328 996.696 1755.648 5495.544


Tabel 3. Distribusi Curah Hujan
No Selang Hujan Selang Hujan (mm) Frekuensi Distribusi Peluang
1 0.00 211 211 57.81
2 9.42 303 92 25.21
3 18.83 330 238 65.21
4 28.25 341 103 28.22
5 37.67 349 246 67.40
6 47.08 353 107 29.32
7 56.50 355 248 67.95
8 65.92 355 107 29.32
9 75.33 356 249 68.22
10 84.75 356 107 29.32
11 94.17 356 249 68.22
12 103.58 356 107 29.32
13 113.00 357 250 68.49


Tabel 4. Peluang dan Periode Curah Hujan
Jam Intensitas Ranking Terkecil-Terbesar Curah Hujan Peluang Hujan Periode Ulang
13.00 5.70 5.70 5.70 1.14 0.88
13.30 7.42 7.42 7.42 1.48 0.67
14.00 20.61 10.45 20.61 4.12 0.24
14.30 15.93 15.93 15.93 3.19 0.31
15.00 10.45 20.61 10.45 2.09 0.48

Share:

Suhu dan Kelmbaban Udara







SUHU DAN KELEMBABAN UDARA
(Laporan Praktikum Klimatologi Pertanian)








Oleh
Kelompok 3
Andi Setiadi 1414121025
Andri Lukmansyah 1414121029
Bekti Ningsaputri 1414121045














JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2015






I. PEMBAHASAN



1.1 Tabel Hasil Pengamatan

Tabel 1. Suhu Rata-Rata Harian Berdasarkan Pengukuran Termometer Sesaat
No Tanggal Suhu Pagi 07.00 (°C) Suhu Siang 13.00 (°C) Suhu Sore 17.00 (°C) Suhu rata-rata harian  (°C)
1 4 Maret 2012 24.6 30.1 29.4 27.175
2 5 Maret 2012 24.4 30.8 26.8 26.6
3 6 Maret 2012 23.2 31.2 29.8 26.85
4 7 Maret 2012 23.4 28.9 29.2 26.225
5 8 Maret 2012 24.0 28.6 27.0 25.9
6 9 Maret 2012 24.6 31.2 25.4 26.45
7 10 Maret 2012 24.4 32.0 28.8 27.4
8 11 Maret 2012 24.0 31.6 30.0 27.4
9 12 Maret 2012 24.2 29.4 29.2 26.75
10 13 Maret 2012 24.0 29.2 24.1 25.325
11 14 Maret 2012 23.8 30.0 29.4 26.75
12 15 Maret 2012 24.0 32.0 29.6 27.4
13 16 Maret 2012 24.6 31.4 30.0 27.65
14 17 Maret 2012 23.6 32.4 30.0 27.4


Tabel 2. Suhu Rata-Rata Harian Berdasarkan Pengukuran Termometer Maksimim-
Minimum
No Tanggal Suhu Maks (°C) Suhu Min  (°C) Suhu rata-rata harian  (°C)
1 4 Maret 2012 30.5 24.2 27.4
2 5 Maret 2012 30.2 23.4 26.8
3 6 Maret 2012 32.0 22.7 27.4
4 7 Maret 2012 31.2 22.8 27.0
5 8 Maret 2012 35.0 23.8 29.4
6 9 Maret 2012 32.4 24.2 28.3
7 10 Maret 2012 32.5 23.8 28.2
8 11 Maret 2012 32.2 23.7 28.0
9 12 Maret 2012 32.0 23.8 27.9
10 13 Maret 2012 30.0 23.8 26.9
11 14 Maret 2012 31.2 23.2 27.2
12 15 Maret 2012 32.4 23.7 28.1
13 16 Maret 2012 32.0 24.0 28.0
14 17 Maret 2012 33.2 22.6 27.9


Tabel 3. Kelembaban Udara Rata-Rata Harian Berdasarkan Pengukuran Higrometer
No Tanggal RH pagi 07.00 (%) RH siang 13.00 (%) RH sore 17.00 (%) RH rata-rata harian (%)
1 4 Maret 2012 94 69 78 80.3
2 5 Maret 2012 92 67 86 81.7
3 6 Maret 2012 96 60 73 76.3
4 7 Maret 2012 97 73 77 82.3
5 8 Maret 2012 93 76 83 84.0
6 9 Maret 2012 93 61 93 82.3
7 10 Maret 2012 93 50 75 72.7
8 11 Maret 2012 94 60 69 74.3
9 12 Maret 2012 92 75 74 80.3
10 13 Maret 2012 97 75 93 88.3
11 14 Maret 2012 97 74 74 81.7
12 15 Maret 2012 95 55 66 72.0
13 16 Maret 2012 92 64 75 77.0
14 17 Maret 2012 95 50 72 72.3




Tabel  4. Kelembaban Udara Rata-Rata Harian Berdasarkan Pengukuran BB-BK
No Tanggal Pagi Siang Sore
BK Selisih RH Pagi BK Selisih RH Siang BK Selisih RH Sore
1 04-Mar-12 24.6 0.7 94% 30.1 4.3 69% 29.4 3.0 78%
2 05-Mar-12 24.4 1.0 92% 30.8 4.8 67% 26.8 1.8 86%
3 06-Mar-12 23.2 0.4 96% 31.2 6.0 60% 29.8 3.8 73%
4 07-Mar-12 23.4 0.4 97% 28.9 3.1 73% 29.2 3.1 77%
5 08-Mar-12 24.0 0.8 93% 28.6 3.2 76% 27.0 2.2 83%
6 09-Mar-12 24.6 0.4 93% 31.2 5.8 61% 25.4 0.8 93%
7 10-Mar-12 24.4 0.4 93% 32.0 6.9 50% 28.8 3.4 75%
8 11-Mar-12 24.0 0.7 94% 31.6 6.0 60% 30.0 4.4 69%
9 12-Mar-12 24.2 1.0 92% 29.4 3.4 75% 29.2 3.6 74%
10 13-Mar-12 24.0 0.4 97% 29.2 3.5 75% 24.1 0.8 93%
11 14-Mar-12 23.8 0.4 97% 30.0 3.6 74% 29.4 3.6 74%
12 15-Mar-12 24.0 0.6 95% 32.0 6.4 55% 29.6 4.8 66%
13 16-Mar-12 24.6 1.0 92% 31.4 5.2 64% 30.0 3.6 75%
14 17-Mar-12 23.6 0.6 95% 32.4 8.0 50% 30.0 4.0 72%









Tabel 5. Pengukuran RH berdasarkan Data Suhu Udara
No Tanggal Suhu Maks (°C) Suhu Min  (°C) ea Rh
1 04-Mar-12 30.5 24.2 3.6 3.0 83.0%
2 05-Mar-12 30.2 23.4 3.5 2.9 81.7%
3 06-Mar-12 32.0 22.7 3.6 2.8 75.8%
4 07-Mar-12 31.2 22.8 3.6 2.8 77.9%
5 08-Mar-12 35.0 23.8 4.1 2.9 71.9%
6 09-Mar-12 32.4 24.2 3.8 3.0 78.5%
7 10-Mar-12 32.5 23.8 3.8 2.9 77.3%
8 11-Mar-12 32.2 23.7 3.8 2.9 77.8%
9 12-Mar-12 32.0 23.8 3.8 2.9 78.5%
10 13-Mar-12 30.0 23.8 3.5 2.9 83.2%
11 14-Mar-12 31.2 23.2 3.6 2.8 78.9%
12 15-Mar-12 32.4 23.7 3.8 2.9 77.3%
13 16-Mar-12 32.0 24.0 3.8 3.0 79.0%
14 17-Mar-12 33.2 22.6 3.8 2.7 73.0%




1.2 Pembahasan

Hubungan kelembaban dengan suhu udara:
1) Apabila dipanaskan, udara memuai. Udara yang telah memuai menjadi lebih ringan sehingga naik. Maka akibatnya, tekanan udara turun karena udaranya berkurang.
2) Volume berbanding terbalik dengan tekanan
3) Kelembapan adalah konsentrasi uap air di udara. Angka konsentasi ini dapat diekspresikan dalam kelembapan absolut, kelembapan spesifik atau kelembapan relatif.
Suhu dan kelembaban udara sangat erat hubungannya, karena jika kelembaban udara berubah, maka suhu juga akan berubah. Di musim penghujan suhu udara rendah, kelembaban tinggi, memungkinkan tumbuhnya jamur pada kertas, atau kertas menjadi bergelombang karena naik turunnya suhu udara.Kelembaban udara berbanding terbalik dengan suhu udara. Semakin tinggi suhu udara, maka kelembaban udaranya semakin kecil. Hal ini dikarenakan dengan tingginya suhu udara akan terjadi presipitasi (pengembunan) molekul air yang dikandung udara sehingga muatan air dalam udara menurun (Lakitan, 2002).
Faktor-faktor yang mempengaruhi suhu juga sangat erat dengan faktor-faktor yang mempengaruhi kelembapan udara dalam berbagai hubungan yaitu :
1. Pengaruh tanah dan air, semakin banyak jumlah uap air baik diudara maupun didalam tanah, maka kelembapan akan semakin tinggi.
2. Ada atau tidaknya vegetasi, semakin rapatnya jarak antara vegetasi maka kelembapan makin tinggi, namun suhu akan menjadi sangat rendah.
Pengaruh ketinggian tempat, semakin tingginya suatu tempat maka suhu ditempat tersebut akan semakin rendah dan kelembapan udara semakin tinggi (Umar, 2010).













DAFTAR PUSTAKA




Mabes, J. 2014. http://www.slideshare.net/joelmabes/hubungan-antara-
kelembaban-suhu-dan-kapasitas-udara Diakses pada tanggal 21 april 2015.

Lakitan, B. 2002. Dasar Klimatologi. PT Ragagrafindo Persada. Jakarta.

Umar, M. Ruslan. 2010. Penuntun Praktikum Ekologi Umum. Universitas
Hasanuddin. Makassar.

Share:

Mahasiswa Baru?

Popular