Teknik Bekerja Secara Aseptik: Sterilisasi







TEKNIK BEKERJA SECARA ASEPTIK: STERILISASI
(Laporan Praktikum Mikrobiologi Pertanian)








Oleh
Andi Setiadi 
1414121025










JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2015









I. PENDAHULUAN



1.1 Latar Belakang
Saat bekerja di dalam laboratorium tentunya terdapat hal-hal yang harus dilakukan atau diperhatikan, salah satunya adalah keseterilan alat-alat ataupun bahan-bahan yang digunakan. Hal ini menjadi sesuatu yang cukup penting karena pada alat-alat yang tidak seteril dapat menyebabkan penelitian yang akan dilakukan menjadi kontaminan seehingga dapat merusak hasil dari suatu analisis penelitian.

Sterilisasi adalah suatu proses atau eliminasi semua mikroorganisme, termasuk spora bakteri yang sangat resisten. Dengan adanya proses sterilisasi ini maka alat-alat yang akan dipakai di laboratorium akan kembali steril, sehingga kita dapat bekerja kembali secara aseptik atau bebas dari mikroorganisme penyebab peenyakit.

Oleh karena itu, proses sterilisasi adalah suatu proses yang penting untuk diketahui dan dilakukan yang akan dibahas pada praktikum kali ini.



1.2 Tujuan Praktikum
1. Memahami dan mengetahui alat-alat sterilisasi beserta fungsinya
2. Memahami perbedaan antara sterilisasi  basah dan sterilisasi kering.














II. METODOLOGI



2.1 Alat dan Bahan
Alat-alat laboratorium yang akan digunakankan terdiri dari : Oven, autoklaf, erlenmeyer, tabung reaksi 2 buah, cawan petri 2 buah, karet gelang, kertas, plastik anti panas, alumunium foil dan kapas.



2.2 Cara Kerja
Dalam praktikum kali ini ada beberapa cara kerja yang harus dilakukan yaitu  : alat untuk serilisasi basah disiapkan yaitu autoklaf, 2 tabung reaksi dan erlenmeyer ditutup dengan menggunakan kapas dan ditutup lagi dengan menggunakan alumunium foil. Untuk sterilisasi kering, 2 cawan petri, 1 buah tebung reaksi dan erlenmeyer di bungkus dengan menggunakan kertas HVS. Khusus untuk erlenmeyer lapisi lagi menggunakan plastik anti panas lalu diikat dengan karet gelang. Alat-alat tersebut kemudian disusun kedalam oven secara rapi, kemudian oven dinyalakan dengan suhu 160-180°C selama 1-2 jam. Untuk sterilisasi basah cukup dimasukkan 1 tabung reaksi yang dibungkus plastik anti panas kedalam autoklaf, kemudian dinyalakan dan ditunggu sampai mencapai suhu 121°C, barulah dimulai perhitungan waktunya selama 10-20 menit.

















III. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN



3.1 Hasil Pengamatan
NO FOTO KETERANGAN
1.
Lubang pada dua tabung reaksi ditutup dengan kapas
2.
Ditutup lagi dengan alumunium foil
3.
Tabung Erlenmeyer
 4.
Lubang pada erlenmeyer ditutup dengan kapas dan alumunium foil
 5.
Erlenmeyer dilapisi lagi dengan kertas HVS dan dibungkus dengan plastik anti panas.
 6.
Tabung reaksi yang akan disterilisasi kering dilapisi dengan kertas HVS
 7.
Tabung reaksi yang sudah dibungkus dengan kertas HVS dimasukkan kedalam plastik bersama tabung reaksi yang lain
 8.
Cawan petri dibungkus dengan kertas HVS
 9.
Cawan petri yang sudah dibungkus kertas dimasukkan kedalam plastik bersama cawan petri yang lain
 10.
Tabung reaksi yang akan disterilisai basah langsing dibungkus ke dalam plastik setelah ditutup lubangnya
 11.
Semua alat yan akan disterilisasi kering dimasukkan kedalam oven dan diatur suhu setra waktunya
 12.
Semua alat yan akan disterilisasi basah dimasukkan kedalam autoklaf dan perhatikan suhu serta tekanannya


3.2 Pembahasan

Sterilisasi adalah suatu proses untuk membunuh semua jasad renik yang ada, sehingga jika ditumbuhkan di dalam suatu medium tidak ada lagi jasad renik yang dapat berkembang biak. Sterilisasi harus dapat membunuh jasad renik yang paling tahan panas yaitu spora bakteri (Fardiaz, 1992). Sterilisasi merupakan salah satu foktor penting yang harus dikusai saat bekerja di dalam laboratorium. Hal ini dikarenakan, dalam penelitian kemurnian dari bahan maupun media yang diganakan akan menentukan nilai akurasi dan dan hasil yang diperoleh. 
Sterilisasi dapat dilakukan dengan beberapa tehnik yang berbeda, yaitu sterilisasi secara kimia, sterilisasi mekanik, dan sterilisasi fisik. Sterilisai kimia adalah proses untuk membunuh mikroorganisme yang ada dengan menggunakan bahan-bahan kimia diantaranya ditergen, alkohol, dan karbon. Sterilisasi mekanik adalah proses untuk membunuh mikroorganisme yang ada dengan metode penyaringan. Dengan cara penyaringan larutan atau suspensi dibebaskan dari semua organisme hidup dengan cara melakukannya lewat saringan dengan ukuran pori yang sedemikian kecilnya sehingga bakteri dan sel-sel yang lebih besar tertahan diatasnya, sedangkan filtratnya ditampung didalam wadah yang steril (Hadioetomo,1985). Sterilissasi fisik adalah proses untuk membunuh mikroorganisme yang ada dengan menggunakan udara panas. Sterilisasi fisik dapat digolongkan kembali menjadi dua jenis yaitu sterilisasi basah dan sterilisasi kering.
Sterilisasi basah adalah sterilisasi panas yang digunakan bersama-sama dengan uap air. Sterilisasi basah biasanya dilakukan didalam autoklaf atau aterilisator uap yang mudah diangkat dengan menggunakan uap air jenuh bertekanan pada suhu 1210C selama 15 menit (Hadioetomo, 1985). Sterilisasi basah dapat membunuh jasad renik atau mikroorganisme terutama karena panas basah dapat menyebabkan denaturasi protein, termasuk enzim-enzim didalam sel (Fardiaz, 1992). Sterilisasi kering sering dilakukan dalam sterilisasi alat-alat gelas di laboratorium, dimana menggunakan oven dengan suhu 160-180°C selama 1,5-2 jam dengan sistem udara statis (Fardiaz, 1992). Dibandingkan sterilisasi basah, sterilisasi kering kurang efisien dan membutuhkan suhu yang lebih tinggi serta waktu lama untuk sterilisasi. Hal ini disebabkan karena tanpa kelembaban maka tidak ada panas laten (Hadioetomo, 1985). Sterilisasi kering dapat menyebabkan dehidrasi sel dan oksidasi komponen-komponen di dalam sel (Fardiaz, 1992). Keuntungan dari sterilisasi kering adalah tidak adanya uap air yang membasahi bahan atau alat yang disterilkan, selain itu peralatan yang digunakan untuk sterilisasi uap kering lebih murah dibandingkan uap basah (Lay dan Hastowo, 1992). Dalam praktikum ini dilakukan dua macam sterilisasi saja yaitu sterilisasi basah dan sterilisai kering.

Autoklaf adalah alat pemanas tertutup yang digunakan untuk mensterilisasi suatu benda menggunakan uap bersuhu dan bertekanan tinggi (1210C, 15 lbs) selama kurang lebih 15 menit. Penurunan tekanan pada autoklaf tidak dimaksudkan untuk membunuh mikroorganisme, melainkan meningkatkan suhu dalam autoklaf. Suhu yang tinggi inilah yang akan membunuh mikroorganisme. Autoklaf terutama ditujukan untuk membunuh endospora, yaitu sel resisten yang diproduksi oleh bakteri, sel ini tahan terhadap pemanasan, kekeringan, dan antibiotik. Pada spesies yang sama, endospora dapat bertahan pada kondisi lingkungan yang dapat membunuh sel vegetatif bakteri tersebut. Endospora dapat dibunuh pada suhu 100 °C, yang merupakan titik didih air pada tekanan atmosfer normal. Pada suhu 121 °C, endospora dapat dibunuh dalam waktu 4-5 menit, dimana sel vegetatif bakteri dapat dibunuh hanya dalam waktu 6-30 detik pada suhu 65 °C. Perhitungan waktu sterilisasi autoklaf dimulai ketika suhu di dalam autoklaf mencapai 121 °C. Jika objek yang disterilisasi cukup tebal atau banyak, transfer panas pada bagian dalam autoklaf akan melambat, sehingga terjadi perpanjangan waktu pemanasan total untuk memastikan bahwa semua objek bersuhu 121 °C untuk waktu 10-15 menit. Perpanjangan waktu juga dibutuhkan ketika cairan dalam volume besar akan diautoklaf karena volume yang besar membutuhkan waktu yang lebih lama untuk mencapai suhu sterilisasi.

Oven adalah suatu peralatan yang berfungsi untuk memenaskan ataupun mengeringkan. Biasanya digunakan untuk mengeringkan peralatan gelas laboratorium, zat-zat kimia maupun pelarut organik. Dapat  pula digunakan untuk mengukur kadar air. Suhu oven lebih rendah dibandingkan dengan suhu tanur yaitu berkisar antara 105°C. tidak semua alat gelas dapat dikeringkan didalam oven, hanya alat gelas dengan spesifikasi tertentu saja yang dapat dikeringkan, yaitu alat gelas dengan ketelitian rendah. Sedangkan untuk alat gelas dengan ketelitian tinggi  tidak dapat dimasukkan ke dalam oven, maka alat gelas tersebut akan memuai dan berakibat ketelitiannya tidak lagi.

Langkah kerja yang dilakukan pertama yaitu menutup alat-alat yang memiliki libang dengan menggunakan kapas dan alumunium foil. Penutupan ini bertujuan agar saat proses sterilisasi nanti tidak ada uap air yang masuk kedalam alat terutama dalam proses sterilisasi basah. Setelah penutupan selesai, dilanjutkan dengan melapisi alat yang akan disterilkan dengan menggunakan kertas/koran. Prosedur ini hanya dilakukan pada alat-alat yang akan disterilisai kering. Hal ini dilakukan agar saat dimasukkan ke dalam oven alat-alat tidak pecah karena disebabkan oleh penyebaran panas yang tidak merata. Setelah itu, erlenmeyer yang sudah dilapisi kertas kemudian dilapisi lagi dengan menggunakan plastik anti panas. Pelapisan dengan plastik harus dilakukan dengan rapi agar tidak terdapat udara yang terjebak di dalam bungkusan tersebut karena dikhawatirkan jika masih ada udara di dalam bungkusan maka dapat meletus saat disterilisasi nanti. Kemudian alat-alat juga di masukkan kedalam plastik anti panas dengan perlakuan yang sama. Hanya saja pada proses sterilisasi basah alat-alat yang disterilisasi tidak dibungkus dengan kertas melainkan langsung dibungkus dengan plastik saja. Prosedur terakhir adalah dengan memasukkan alat-alat yang akan disterilisasi kedalam alat sterilisasi yaitu autoklaf dan oven.
 






























IV. KESIMPULAN



Kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum ini adalah sebagai berikut:
  1. Sterilisasi basah membutuhkan waktu yang lebih cepat daripada sterilisai kering.
  2. Perbedaan dari perlakuan alat pada sterilisasi basah dengan sterilisasi kering adalah tahap pembungkusan alat dengan kertas/koran yang hanya dilakukan pada sterilisasi kering.
  3. Pelapisan kertas/koran menyebabkan pemanasan alat pada sterilisasi kering menjadi merata. Sehingga mencegah pecahnya alat dikarenakan penyebaran panas yang tidak merata.
  4. Penutupan dengan menggunakan kapas dan alumunium foil dapat mencegah masuknya uap air ke dalam alat. 






















DAFTAR PUSTAKA



Anonim. 2013. Sterilisai Alat. http://kickfahmi.blogspot.com/2013/10/sterilisasi-alat.html. Diakses pada hari kamis tanggal 26 Maret 2015.
Anonim. 2015. Autoklaf. http://id.wikipedia.org/wiki/Autoklaf. Diakses pada hari kamis tanggal 26 Maret 2015.
Lay, B. W. dan Hastowo. 1982. Mikrobiologi. Rajawali Press. Jakarta.
Waluyo, L. 2005. Mikrobiologi Umum. UMM Press. Malang.

Share:

3 komentar:

Mahasiswa Baru?

Popular